Watch Narik Sukmo (2025) Streaming

Narik Sukmo (2025)

62189 votes, average 5.0 out of 10

Review Film Narik Sukmo (2025): Ketika Tarian Menjadi Kutukan

Film horor terbaru karya sutradara Indra Gunawan, Narik Sukmo (2025), kembali menghadirkan premis khas lokal: sebuah tarian tradisional yang menyimpan kutukan kelam. Diangkat dari novel karya Dewie Yulliantina, film ini mencoba menyatukan elemen budaya, supranatural, dan misteri desa terisolasi dengan visual khas produksi Mesari Pictures. Namun, apakah film ini berhasil menciptakan atmosfer horor yang menggugah atau justru tergelincir dalam repetisi cerita lama?


Sinopsis: Tarian yang Mengundang Maut

Kenara Cahyaningrum (diperankan oleh Febby Rastanty) adalah seorang mahasiswi yang memiliki hobi menari. Liburannya ke Desa Kelawangin bersama sahabatnya, Ayu (Dea Annisa), ternyata berubah menjadi mimpi buruk. Sejak kedatangannya, hujan turun deras seolah menyambut kutukan lama yang kembali bangkit.

Warga desa menatap Kenara dengan pandangan curiga. Tidak butuh waktu lama, Kenara mulai mengalami kejadian aneh. Ia bermimpi tentang sosok bayangan hitam dan tubuhnya tiba-tiba menari sendiri tanpa kendali. Puncaknya adalah ketika Kenara masuk ke kamar terlarang di rumah Ayu dan tanpa sengaja memicu bencana dengan membaca mantra misterius.

Tarian yang ia lakukan ternyata bukan tarian biasa. Itu adalah Tarian Narik Sukmo, tarian kematian dari pasangan Banyu dan Ratimayu, sepasang kekasih yang tragis terbunuh karena fitnah warga desa 20 tahun silam.


Kelebihan Film Narik Sukmo

1. Akting Febby Rastanty yang Konsisten

Sebagai tokoh utama, Febby Rastanty tampil cukup meyakinkan dalam menghidupkan karakter Kenara yang rentan namun tetap penasaran. Momen-momen saat dirinya kerasukan dan menari tanpa sadar adalah highlight tersendiri—meskipun berulang, ekspresi dan gestur tubuhnya cukup berhasil membangun rasa tidak nyaman.

2. Visual dan Sinematografi yang Menarik

Visual pedesaan nan kelabu menjadi kekuatan utama. Palet warna dominan cokelat dan abu-abu memberi kesan misterius dan suram. Sentuhan visual ini mengingatkan pada film sebelumnya dari studio yang sama, Bangsal Isolasi. Beberapa adegan, terutama saat Kenara menari dalam posisi melayang, dieksekusi dengan cukup rapi secara teknis.

3. Nilai Budaya Lokal yang Diangkat

Premis tentang tarian sebagai medium kutukan adalah bentuk eksplorasi budaya yang jarang diangkat secara mendalam dalam film horor lokal. Meski eksekusi naratifnya belum sempurna, niat untuk menggali legenda desa dan kebudayaan lokal patut diapresiasi.


Kekurangan Film Narik Sukmo

1. Naskah yang Terburu-buru dan Tidak Konsisten

Masalah utama film ini terletak pada alur cerita yang melompat-lompat tanpa transisi yang mulus. Pengembangan karakter terasa minim, terutama pada tokoh-tokoh pendukung seperti Ayu atau Aliando yang perannya cenderung datar dan tidak memiliki dampak signifikan.

Konflik dua kubu warga yang sempat disebut juga tidak pernah benar-benar dijelaskan, sehingga terasa seperti tempelan semata.

2. Motif Supranatural yang Kabur

Penonton dibuat bingung dengan logika cerita. Misalnya, Kenara sudah dihantui bahkan sebelum mendapatkan selendang atau konde sakral. Padahal simbol ini seharusnya menjadi pemicu utama tarian kutukan. Hal ini menciptakan celah logika dalam narasi horor yang ingin dibangun.

3. Penggunaan Jumpscare Berlebihan

Seperti banyak film horor Indonesia lainnya, Narik Sukmo terlalu bergantung pada efek kejut (jumpscare) dan suara dentuman musik yang keras. Sayangnya, banyak momen yang terasa hampa karena tidak diikuti dengan pembangunan tensi atau emosi yang cukup.


Komentar dan Kritik Penonton

Banyak penonton yang mengungkapkan rasa kecewa terhadap film ini. Salah satu komentar menyebutkan:

Seribu Bayang Purnama dibikin horor begini nih. Tapi perkembangan karakternya nggak ada yang bener. Keputusan ceritanya serba kebut yang bikin eskalasi horornya blas nggak dapet semua.

Kritik ini menunjukkan bahwa secara naratif, Narik Sukmo gagal membangun fondasi cerita yang solid. Bahkan kehadiran aktris senior seperti Kinaryosih tidak dimanfaatkan secara maksimal.


Apakah Film Ini Layak Ditonton?

Jika Anda pencinta film horor lokal yang mengangkat unsur budaya dan mitos, Narik Sukmo mungkin bisa menjadi tontonan alternatif. Namun, jika Anda mencari horor dengan plot solid, karakter kuat, dan tensi yang konsisten, film ini bisa jadi membuat frustrasi.


Platform Streaming: Kapan Narik Sukmo Tersedia?

Catatan penting: Saat artikel ini ditulis (Juli 2025), film Narik Sukmo belum tersedia di platform streaming mana pun, termasuk Indonesia.

Namun, berdasarkan pola perilisan film-film dari Mesari Pictures, ada kemungkinan besar film ini akan segera hadir di platform berikut:

  • Netflix Indonesia – sebagai platform yang sering menayangkan film lokal horor

  • Prime Video – mengingat beberapa film dari studio yang sama telah tayang di sini

  • Vision+ atau Vidio – sering menayangkan film Indonesia eksklusif setelah tayang di bioskop

Pantau terus halaman resmi JustWatch untuk update ketersediaannya:
👉 Lihat ketersediaan Narik Sukmo di JustWatch


Kesimpulan: Potensi Besar yang Kurang Tereksekusi

Narik Sukmo adalah film dengan ide dasar yang sebenarnya menarik: bagaimana seni tari bisa menjadi media komunikasi antara dunia nyata dan arwah dendam. Sayangnya, fondasi cerita yang lemah, pengembangan karakter yang minim, serta pacing yang berantakan membuat film ini kehilangan daya magisnya. Sebuah karya yang nyaris, namun belum matang.


Tertarik dengan Horor Lokal Bertema Tarian?

Meski penuh kekurangan, Narik Sukmo tetap layak dijadikan studi kasus bagaimana eksplorasi budaya lokal dapat dikembangkan dalam genre horor. Jika Anda penasaran atau ingin tahu bagaimana film ini tampil di layar lebar, jangan lupa cek ketersediaannya secara berkala di platform streaming favorit Anda.

Apa pendapatmu tentang film ini? Atau adakah film horor lokal lain yang lebih berkesan? Tulis komentarmu di bawah ya!

Posted on:
Tagline:Menari atau Mati!
Genre: Horror
Year:
Duration: 95 Min
Country:
Release:
Language:Bahasa indonesia
Director: