Review Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka (2025): Drama Perselingkuhan, Luka Batin, dan Sentuhan Mistis
Film terbaru garapan sutradara Hanung Bramantyo, La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka (2025), menjadi salah satu drama Indonesia yang paling banyak diperbincangkan. Setelah sukses besar dengan Ipar Adalah Maut, Hanung kembali mengadaptasi kisah viral karya Eliza Sifaa yang kali ini lebih provokatif, emosional, dan penuh kejutan.
Film berdurasi 139 menit ini menampilkan jajaran bintang papan atas seperti Marshanda, Deva Mahenra, dan Ariel Tatum, serta diperkuat oleh aktor-aktris pendukung seperti Asri Welas dan Benedictus Siregar. Tema utama yang diangkat adalah pengkhianatan, cinta terlarang, serta kekuatan seorang perempuan menghadapi hancurnya rumah tangga.
Sinopsis Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka
Kisah berpusat pada Alina (Marshanda), seorang istri sekaligus ibu yang tampak memiliki kehidupan bahagia bersama suaminya Reza (Deva Mahenra) dan anak mereka. Karena kesibukannya sebagai pebisnis jasa titip lintas negara, Alina mempercayakan anak semata wayangnya pada seorang pengasuh, Asih (Ariel Tatum).
Awalnya Asih terlihat sederhana, lugu, dan penuh dedikasi. Namun, kenyataan yang pahit terungkap saat Alina mengetahui bahwa Reza ternyata menjalin hubungan terlarang dengan Asih selama bertahun-tahun. Tak hanya itu, Asih juga hamil dari perselingkuhan tersebut.
Pukulan terbesar datang ketika sang anak justru memilih tinggal bersama ayah dan Asih, meninggalkan Alina dalam kesepian mendalam. Dari sinilah drama keluarga berubah menjadi konflik emosional bercampur dengan intrik mistis yang membuat film ini berbeda dari drama perselingkuhan pada umumnya.
Analisis dan Ulasan Pribadi
1. Akting Para Pemain
-
Marshanda tampil luar biasa sebagai Alina. Ia berhasil memproyeksikan luka, amarah, dan keputusasaan dengan ekspresi yang kuat dan otentik.
-
Ariel Tatum sebagai Asih menjadi sosok “pelakor mistis” yang penuh intrik. Dengan wajah cantik dan aura sensual, Ariel memerankan karakter antagonis yang benar-benar menjengkelkan sekaligus ikonik.
-
Deva Mahenra cukup mengejutkan. Jika sebelumnya ia identik dengan karakter “Aris” di Ipar Adalah Maut, kali ini ia memperlihatkan sisi rapuh seorang pria yang terjebak antara nafsu, godaan, dan bahkan pengaruh ilmu hitam.
Karakter pendukung seperti Asri Welas dan Benedictus Siregar sukses menghadirkan momen humor yang menyegarkan, sehingga penonton mendapat jeda tawa di tengah ketegangan.
2. Genre Campuran: Plus Minus
Film ini bukan sekadar drama perselingkuhan. Hanung berani menambahkan bumbu klenik, horor, hingga komedi absurd. Di satu sisi, ini membuat jalan cerita jadi lebih tidak tertebak. Namun di sisi lain, narasi jadi terasa terlalu panjang dan kurang fokus. Beberapa subplot tampak dipaksakan hanya untuk menambah sensasi.
Momen reveal soal guna-guna menjadi turning point yang tak terduga, bahkan membuat sebagian penonton berteriak kaget di bioskop. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya, campuran genre ini justru terasa “kacau” dan mengurangi kekuatan drama utama.
3. Durasi dan Alur Cerita
Dengan durasi 2 jam 19 menit, film ini terasa cukup melelahkan. Ada beberapa adegan yang seharusnya bisa dipangkas agar lebih padat dan fokus. Babak ketiga (third act) terutama terasa terlalu panjang dan dragging.
Namun, tetap ada banyak momen emosional yang berhasil mengikat penonton, terutama pada konflik puncak antara Alina, Reza, dan Asih.
4. Visual, Musik, dan Atmosfer
Secara teknis, film ini memiliki kualitas produksi yang rapi. Sinematografi menggunakan tone hangat namun berubah kontras di momen-momen emosional, memberi efek dramatis. Musik gubahan Andi Rianto memperkuat intensitas adegan, membuat penonton lebih larut dalam suasana tegang.
5. Pesan Moral
Lebih dari sekadar kisah perselingkuhan, film ini menghadirkan pesan tentang:
-
Kesabaran dan keteguhan hati seorang perempuan menghadapi pengkhianatan.
-
Tanggung jawab dalam berumah tangga yang tak bisa dihapus dengan alasan mistis atau nafsu.
-
Bahwa shalat atau religiusitas tak otomatis menjadi benteng dari kesalahan, karena pada akhirnya kendali diri adalah kunci utama.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
-
Akting Marshanda & Ariel Tatum sangat kuat.
-
Plot twist dengan unsur klenik membuat cerita tak terduga.
-
Musik dan visual mendukung intensitas drama.
-
Momen komedi cukup efektif memberi jeda di tengah ketegangan.
Kekurangan
-
Durasi terlalu panjang dan terasa melebar.
-
Genre campuran membuat narasi tidak konsisten.
-
Beberapa subplot tidak relevan dan membuat bingung.
-
Karakterisasi anak kurang tergarap.
Ketersediaan Streaming Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka (2025)
Per Agustus 2025 (saat artikel ini ditulis), film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka belum tersedia di platform streaming resmi.
Namun, berdasarkan tren film-film Indonesia populer sebelumnya, kemungkinan besar film ini akan segera hadir di layanan streaming besar di Indonesia seperti:
-
Netflix
-
Disney+ Hotstar
-
Amazon Prime Video
-
atau Vidio
Untuk memantau ketersediaan film ini di layanan streaming, Anda bisa mengunjungi tautan resmi berikut: Cek ketersediaan streaming La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka di JustWatch
Kesimpulan
La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka adalah drama perselingkuhan penuh intrik yang menyajikan pengalaman sinematik emosional, penuh kejutan, sekaligus kontroversial. Meski tidak lepas dari kelemahan terutama pada durasi panjang dan genre campuran, film ini tetap memberikan tontonan yang intens, menguras emosi, dan menghadirkan pengalaman unik di layar lebar.
Bagi penikmat drama keluarga yang sarat konflik, film ini layak ditonton, apalagi jika Anda menyukai karya Hanung Bramantyo sebelumnya.
Sudahkah Anda menonton La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka di bioskop? Bagaimana pendapat Anda tentang film ini—apakah lebih emosional dibanding Ipar Adalah Maut? Jangan lupa bagikan pengalaman Anda di kolom komentar!
Dan pantau terus ketersediaan film ini di platform streaming agar tidak ketinggalan menonton ulang di rumah.