Review Film Getih Ireng (2025) — Teror Santet Darah dan Keturunan yang Bikin Merinding
Menjelang akhir tahun 2025, bioskop Indonesia kembali diramaikan oleh film horor lokal yang mengangkat tema mistik dan santet Jawa — Getih Ireng. Diproduksi oleh Hitmaker Studios, rumah produksi yang dikenal lewat film-film horor populer seperti Santet Segoro Pitu dan Rumah Dara, film ini disutradarai oleh Tommy Dewo, dengan naskah garapan Riheam Junianti dan Jeropoint, yang konon diadaptasi dari kisah thread viral di media sosial.
Getih Ireng mencoba mengeksplorasi sisi kelam santet yang menyerang garis keturunan dan darah manusia, dengan visual megah khas produksi Hitmaker. Namun, apakah film ini berhasil memberikan teror yang segar, atau justru jatuh ke dalam pola yang repetitif? Mari kita bahas secara mendalam.
Sinopsis Film Getih Ireng (2025)
Film ini berkisah tentang pasangan suami istri, Pram (Darius Sinathrya) dan Rina (Titi Kamal), yang telah lama mendambakan seorang anak. Setelah pindah ke Wonosobo, Jawa Tengah, mereka berharap bisa menjalani kehidupan baru yang tenang.
Namun, kedamaian mereka berubah menjadi mimpi buruk ketika Rina mulai mengalami keguguran berulang kali setelah melihat sosok kakek misterius di rumah barunya — sesosok makhluk tua menyeramkan yang disebut Getih Ireng.
Pak Narto (Teno Ali), seorang dukun lokal, kemudian mengungkapkan bahwa mereka terkena Santet Getih Ireng, kutukan ilmu hitam yang menargetkan darah dan keturunan. Artinya, setiap kali Rina hamil, ia akan selalu keguguran.
Dalam keputusasaan, pasangan ini mencoba berbagai cara — dari pengobatan medis hingga spiritual. Namun, makin dalam mereka mencari solusi, makin besar pula ancaman dari makhluk astral yang haus darah itu.
Pemeran dan Tim Produksi
-
Sutradara: Tommy Dewo
-
Penulis Naskah: Riheam Junianti, Jeropoint
-
Produser: Rocky Soraya (Hitmaker Studios)
-
Pemeran Utama:
-
Titi Kamal sebagai Rina
-
Darius Sinathrya sebagai Pram
-
Sara Wijayanto sebagai Mawar
-
Teno Ali sebagai Pak Narto
-
Kesan Visual dan Atmosfer Horor
Seperti biasa, Hitmaker Studios tak pernah gagal dalam urusan visual. Getih Ireng menampilkan sinematografi yang rapi, pencahayaan yang gelap namun artistik, dan tata rias makhluk halus yang menyeramkan tapi tetap elegan.
Adegan pembuka film ini digarap dengan cukup apik — penuh nuansa mistik dan simbolisme darah, menandakan tema besar film. CGI dan efek praktikalnya juga layak diapresiasi, terutama pada penampakan makhluk Getih Ireng yang meneteskan darah hitam dari matanya.
Namun sayangnya, sound effect dan scoring-nya terlalu keras, sehingga bukannya menambah ketegangan, justru mengganggu imersi penonton. Banyak penonton merasa kaget bukan karena jumpscare yang efektif, tapi karena volume suara petir yang berlebihan.
Cerita dan Eksekusi: Antara Santet dan Drama
Secara ide, Getih Ireng punya potensi besar. Tema kutukan darah dan keturunan jarang dieksplorasi secara mendalam di film horor Indonesia. Sayangnya, eksekusi ceritanya terasa repetitif dan stagnan.
Sebagian besar durasi film dihabiskan untuk memperlihatkan Rina yang terus mengalami keguguran dan Pram yang tidak percaya, hingga membuat penonton kehilangan simpati terhadap karakter utamanya. Dialognya pun terasa kaku, terutama karena pengucapan bahasa Jawa Tengah yang medok namun kurang natural.
Kehadiran Sara Wijayanto sebagai Mawar di babak akhir sedikit menyelamatkan film ini. Aktingnya kuat, dengan aura misterius yang menambah tensi di klimaks. Namun sayang, karakter ini muncul terlalu singkat.
Bagian akhir film menampilkan adegan gore berdarah yang mengejutkan — khas gaya Tommy Dewo — namun tidak cukup untuk menebus kelemahan di pertengahan cerita yang terasa datar dan bertele-tele.
Pendapat Pribadi
Sebagai penikmat film horor Indonesia, saya bisa bilang bahwa Getih Ireng adalah film horor yang visualnya mewah tapi jiwanya kosong.
Film ini seperti “produk template” Hitmaker Studios: ada santet, darah, perempuan hamil, dan balas dendam. Unsur spiritual dan tradisi Jawa yang seharusnya bisa digali lebih dalam malah hanya dijadikan tempelan tanpa kedalaman filosofis.
Namun, bukan berarti film ini tidak layak tonton. Bagi penonton kasual yang ingin sekadar menikmati visual seram dan kisah mistik ringan, Getih Ireng tetap bisa jadi pilihan menarik — terutama karena kualitas teknisnya yang solid.
Tempat Nonton Online (Streaming)
Per Oktober 2025, film Getih Ireng (2025) belum tersedia secara resmi di platform streaming manapun.
Namun, berdasarkan pola rilis film-film Hitmaker Studios sebelumnya seperti Santet Segoro Pitu dan Rumah Iblis, diprediksi film ini akan segera hadir di platform seperti Netflix, Amazon Prime Video, atau Disney+ Hotstar Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.
Untuk memantau ketersediaan resminya, kamu bisa cek secara berkala di: JustWatch Indonesia – Getih Ireng
Dan untuk informasi resmi dari rumah produksinya: Situs Resmi Hitmaker Studios
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Getih Ireng adalah film horor dengan konsep menarik namun eksekusi yang kurang menggigit. Visual dan make-up-nya layak diacungi jempol, tapi cerita dan penyutradaraannya terasa kehilangan arah.
Film ini seharusnya bisa menjadi kisah mistik penuh filosofi tentang darah dan keturunan, tapi malah jatuh menjadi tontonan horor generik yang mudah dilupakan.
Meski begitu, Getih Ireng tetap pantas ditonton untuk para penggemar horor lokal dan pengikut karya Tommy Dewo — setidaknya sebagai bentuk dukungan terhadap industri film Indonesia.
Sudah nonton Getih Ireng di bioskop? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!
Jangan lupa pantau update ketersediaannya di platform streaming favoritmu melalui JustWatch Indonesia dan kunjungi situs resmi Hitmaker Studios untuk info film-film terbaru mereka.